Leucopsar rothschildi
JALAK BALI (Leucopsar rothschildi)
Morfologi
Dalam ilmu biologi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
· Phylum : Chordota
· Ordo : Aves
· Famili : Passeriformis
· Spesies : Leucopsar rothschildi, Stressmann, 1912
· Nama lokal : Curik Bali, Jalak Bali, Jalak Putih Bali
Ciri-Ciri
1. Bulu
Bulu seluruhnya putih kecuali ujung sayap dan ujung ekor yang berwarna hitam.
2. Mata
Matanya berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tanpa bulu berwarna biru tua.
3. Jambul
Jalak
Bali memiliki jambul yang berupa beberapa helai bulu, jantan bentuknya
lebih indah dan mempunyai jambul lebih panjang dari pada yang betina.
4. Kaki
Kakinya berwarna abu-abu pucat dengan jari jemari yaitu satu kebelakang, dan tiga jari lainnya kedepan.
5. Paruh
Paruh
runcing dengan panjang ± 2–5 cm, berbentuk khas yaitu dibagian atasnya
terdapat peninggian yang memipih tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman
dengan ujung kuning kecoklatan (Sungkawa, 1974 ; Alikodra, 1979).
6. Ukuran
Antara
burung jantan dan betina sulit dibedakan, perbedaannya adalah bahwa
yang jantan agak lebih besar dan memiliki kuncir yang agak panjang.
7. Telur
Jalak Bali bertelur 2-3 butir, berwarna biru ( Suryawan , 1995 )
Waktu Berbiak di Alam
Pada kenyataan dilapangan waktu perkembangbiakannya, Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
cenderung bersamaan dengan musim hujan yang mana dimungkinkan karena
pada musim tersebut tersedia banyak pakan alam di habitatnya dan juga
suhu serta kelembabannya dimungkinkan cukup ideal dalam keberhasilan
penetasan telurnya sementara beberapa pemerhati Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) menyatakan :
1. Jalak Bali Leucopsar rothschildi) melakukan perkawinan dalam bulan Oktober sampai dengan Januari (Alikodra,1979) .
2. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)berkembang biak pada bulan Januari samapai dengan bulan Juli , cenderung lebih dipengaruhi oleh musim hujan (Suryawan, 1995)
3. Periode kembang biak Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dimulai sejak musim penghujan, yaitu berkisar pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret (Natawira, 1978).
Sarang
Pembuatan
sarang dilakukan bersama-sama oleh jantan dan betinanya dan disusun
pada dasar lubang sedemikian rupa, lubang sarang tidak dibuatnya sendiri
akan tetapi menempati bekas sarang yang dibuat oleh jenis burung
Pelatuk atau Bultok dan atau lubang alami pada batang pohon yang
terdapat lubang secara alami (gerowong). Bahan yang digunakan untuk
menyususun sarang antara lain daun-daun dan rumput kering, ranting, dan
bulu burung. Jenis pohon yang secara umum ditempati Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) untuk berkembang biak adalah pohon Talok (Grewia koordersiana), Walikukun (Schoultenia ovata), Laban (Vitex pubescens), dan Klumprit (Terminalia microcarpa).
Penyebaran
Keberadaan penyebaran Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
sesuai dengan sejarahnya berada anatara Desa Bubunan Singaraja sampai
dengan Gilimanuk tetapi dari tahun ketahun penyebarannya pun menjadi
lebih kecil dan menyempit. Pada masa sekarang ini Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
terbatas hanya menempati Semenanjung Prapat Agung, khususnya di wilayah
Teluk Berumbun dan dilokasi Tanjung Gelap Taman Nasional Bali Barat.
Menurut IUCN (1966) dalam Suwelo (1976), Jalak Bali masih
ditemukan hidup liar diluar kawasan Taman Nasional Bali Barat yaitu di
Bubunan (50 km sebelah timur kawasan). Demikian juga Kuroda (1933)
menyatakan yang dikutip oleh Euis (1990) pernah menangkap Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di daerah Bubunan dan Pulaki (25 km sebelah timur kawasan) untuk kepentingan penelitian.
Sejarah Penemuan
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
pertama kali ditemukan oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung
berkebangsaan Inggris yaitu pada tanggal 24 Maret 1911 ketika terjadi
kerusakan kapal Ekspedisi Malaku II yang mengangkut para biologiawan dan
rombongan penelitian terpaksa mendarat di Singaraja selama ±3bulan.
Disekitar Bubunan, Dr. Baron Stressmann menembak Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
untuk kepentingan penelitian. Kemudian pada tahun 1925, Dr. Baron
Victor Van Plessenn meninjau pulau Bali dan mengadakan penelitian lebih
lanjut atas anjuran Dr. Stressmann, ia menemukan penyebaran Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
mulai dari Desa Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan jumlah masih
ratusan dan hidup berkelompok (berkoloni). Pada tahun 1928 sebanyak 5
(lima) ekor Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dibawa ke
Inggris dan pada tahun 1931 telah berhasil berkembang biak . Pada tahun
1962 kebun binatang Sandiego di Amerika Serikat mengembangbiakan Jalak
Bali (Leucopsar rothschildi) (Rindjin, 1989).
Status
1. Sejak
tahun 1966, IUCN (International Union for Conservation of Nature and
Natural Resources) telah memasukkan Jalak Bali kedalam red data book,
yaitu buku yang memuat jenis flora dan fauna yang terancam punah.
2. Pada
konvensi perdagangan internasional bagi jasad liar CITES (Convention on
International Trade in Endegered Species of Wild Flora and Fauna),
Jalak Bali terdaftar dalam Appendix I, Yaitu kelompok yang terancam
kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan .
3. Pemerintah
Indonesia mengeluarkan Surat Kepmen. Pertanian Nomor 421/kpts/Um/70
tanggal 26 Agustus 1970, yang menerangkan antara lain bahwa Jalak Bali
dilindungi .
4. Dikatagorikan
sebagai satwa Endemik Bali karena Jalak Bali habitat aslinya hanya ada
di pulau Bali tidak ada di habitat lainnya (saat ini ruang hunian
menyempit hanya ada dikawasan Taman Nasional Bali Barat).
Populasi
Menurut Anonimous, (1999) bahwa kondisi populasi Jalak Bali Leucopsar rothschildi)
sejak tahun 1974 sampai tahun 1997 cenderung berfluktuasi lebih
dipengaruhi oleh konflik kepentingan kawasan dimana beberapa bagian
habitat alaminya tergusur karena kepentingan konversi (perubahan
system), selain dari itu laju pertumbuhan penduduk dengan berbagai
kepentingannya berpengaruh nyata makin menekan laju pertumbuhan populasi
. Sementara pada saat ini ruang hunian (home ring) dari pada Jalak Bali
(Leucopsar rothschildi) tidak lebih dari 1000 hektar pada 2
lokasi yaitu di Teluk Berumbun wilayah Semenanjung Prapat agung dan
Tanjung Gelap wilayah Pahlengkong.
DINAMIKA POPULASI
Berdasarkan sejarah penyebaran terdahulu pada periode 10 tahun terakhir diketahui bahwa burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) memiliki wilayah sebaran relative cukup luas antara lain masih dijumpai diwilayah Semenanjung Prapat Agung tepatnya di wilayah Teluk Kelor yang meliputi Asam Kembar, Kali Ombo, Bukit Kelor, Bukit Utama, Kesambi pos, gondang barat
dan lembah kesambi. Sedangkan wilayah Teluk Berumbun meliputi daerah
Trianggulasi, Kesambi tali, Gondang timur, Laban lestari, menara
Shaolin, Kemloko bawah/ belakang atas pos, bukit ponton timur kubah dan
kelompang.
Pada wilayah hunian Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
yang ada di Tanjung Gelap hanya berada pada kisaran Kandang pelepasan,
Pertigaan Bali Tower, Belakang Bali Sadle, dan Pertigaan Monsoon Forest.
Adapun
hasil inventarisasi pada periode Oktober 2008, yang dilakukan oleh para
Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Taman Nasional Bali Barat, diketahui
bahwa jumlah Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang terpantau
pada wilayah sebaran Teluk Berumbun sebanyak 14 ekor termasuk 1 anakan
dari 32 ekor yang dilepas. Sedangkan pada wilayah hunian Tanjung Gelap
sebanyak 16 ekor termasuk 1 anakan dari 20 ekor yang telah dilepas
sehingga jumlah keseluruhan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
yang ada di kawasan Taman Nasional Bali Barat (alam liar, selain di
Pusat Penangkaran Jalak Bali Tegal Bunder) sebanyak 30 ekor. Sehingga
terjadi penyusutan sebanyak 22 ekor dari total yang dilepas, belum
termasuk keberhasilan beberapa anakan yang pada saat inventarisasi tidak
ditemukan.
Faktor Pembatas
Daya Biak
Pada Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
yang ada di habitat dari hasil monitoring para petugas lapangan yang
ada di lingkup BTNBB menyatakan bahwa Jalak Bali berkembang biak
rata-rata 1 s/d 2 kali dalam setiap musim pada pasangan yang sama, namun
hal itu bisa tidak terjadi akibat dari beberapa gangguan predator dan
pesaing penguasa sarang yang ada . Pada keberhasilan anakan (telur
menetas) rata-rata berjumlah antara 1-2 ekor anakan pernah terjadi 3
anakan namun hal itu terjadi sangatlah langka. Belum lagi jumlah
populasi yang tergolong sedikit sangat dikawatirkan nantinya terdapat
perkawinan yang sedarah sehingga anakan menjadi tidak normal . Sehingga
dalam hal ini perlu adanya penelitian/ kajian berapa idealnya populasi
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) mendiami suatu luasan habitat.
Kondisi Habitat
Pada
intinya suatu binatang (satwa liar) akan bertahan hidup pada suatu
tempat (habitat) , tidak berpindah dan dapat berkembang biak dengan baik
karena habitatnya dapat memenuhi kebutuhan hidup mulai dari kebutuhan
akan air, makan, tempat berlindung (cover), tempat bersarang dan
keseimbangan antara populasi suatu satwa dengan predator serta satwa
yang bersimbiosis menguntungkan atau yang menjadi pesaingnya. Adapun hal
tersebut biasa disebut faktor-faktor pendukung suatu habitat yang
ideal.
a. Sumber Air
Pada kenyataannya mulai dahulu habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
yang ada di Semenanjung Prapat Agung tidak ada sumber air tawar, disana
hanya terdapat kubangan-kubangan air payau yang pada saat air laut
pasang terdapat genangan, sebaliknya pada saat air laut surut menjadi
kering hal ini dimungkinkan menjadi faktor semakin menurunnya populasi.
Namun saat ini telah dilakukan upaya pembinaan habitat melalui pemberian
bak-bak satwa kecil yang diletakkan pada sekitar sangkar pengadaptasian
Jalak Bali Leucopsar rothschildi) sebelum dilakukannya pelepasan.
b. Vegetasi
Seperti
pada umumnya satwa liar pasti akan membutuhkan tumbuh-tumbuhan untuk
bahan makanannya maupun sebagai tempat perantara mencari makan (hunting
food) serta dapat digunakan untuk berlindung dari serangan predator.
Pada habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) vegetasi yang menyusun habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yaitu adanya hutan mangrove, hutan musim yang didominasi pohon Talok (Grewia koordersiana), Walikukun (Schoultenia ovata), Pilang (Acasia leucoplea), Tekik (Albizzia lebeckioides), Kemloko (Phylantus emblica), Kesambi (Schleichera oleosa), Laban (Vitex pebescens), Putian (Symplocos javanica), Krasi (Lantana camara) dan Kayu Pait (Strycnos lucida).
Pada
musim kemarau pada jenis-jenis pohon yang terdapat pada formasi hutan
musim menjadi mengering dan terasa ektrim untuk kehidupan liar yang ada,
sedangkan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) pada umumnya juga perlu pemenuhan protein nabati dari tumbuh-tumbuhan tersebut.
Kemudian pada tumbuh-tumbuhan yang ada tersebut merupakan tempat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
juga mencari jenis serangga sebagai jenis pakan favoritnya tetapi pada
waktu musim kemarau hal itu sangat sulit didapatnya karena suhu yang
panas akibat kemarau panjang sehingga terjadi penurunan kualitas
habitat.
c. Predator
Seperti kita kitahui Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) yang ada dihabitat sekarang ini merupakan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
yang secara keseluruhan merupakan hasil lepasan dari penangkaran yang
mulanya terkena rasa ketergantungan oleh manusia sehingga perlu adanya
adaptasi yang lama terhadap habitat yang dihuninya karena jenis predator
pada kenyataannya cukup beraneka ragam mulai dari Elang Perut Putih (Haliaetus loeucogaster), Elang Ular (Spilornis chela), Alap-alap Capung (Microhierak fringilarius), Biawak (Varanus gauldi), Ular, Musang hitam dan kucing hutan.
Pada
rentan waktu ±1 tahun berawal dari pelepasan sampai dengan kegiatan
inventarisasi yang dilakukan pada 2008 ini ternyata banyak kejadian yang
berindikasi pada penyerangan predator terhadap Jalak Bali (Leucopsar rothschildi). Penemuan-penemuan barang bukti Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
yang diindikasikan adanya serangan dan pemangsaan dari predator
mayoritas ditemukan dekat sarang yang dikuasainya berupa bulu-bulu serta
sisa kaki dan ring warna maupun ring nomor identitas .
d. Satwa Pesaing
Satwa pesaing ini ternyata berpengaruh pada keberhasilan peningkatan populasi Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
terbukti dengan adanya kejadian jenis burung Raja Udang melakukan
perebutan kekuasaan wilayah sarang gowok yang ada dihabitat, Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
yang merupakan hasil dari lepasan penangkaran ada yang kalah bersaing
dan mengakibatkan luka parah dengan berakhir pada kematian . Begitu juga
pada lebah madu, mereka juga merupakan pesaing dalam penguasaan sarang
gowok yang ada.
e. Indikasi Tempat bersarang
Pada dasarnya Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
dalam mempatkan telurnya tidak seperti halnya jenis burung lain yang
mampu membuat sarangnya dengan menata ranting dan semak pada dahan atau
tajuk pohon. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) meletakkan
telurnya pada rongga-rongga pohon alami atau bekas sarang gowok jenis
burung bultok maupun pelatuk sedangkan dihabitatnya dapat terbilang
sangat minim adanya sarang gowok alami yang diindikasikan dapat
digunakan sebagai sarana untuk menetaskan telurnya.