BAB II
Peranan Filsafat Ilmu dalam Menjelaskan Struktur Ilmu
A. Kompetensi Dasar
(1) Memahami peranan filsafat dalam menjelaskan struktur ilmu
B.
Indikator Hasil Belajar
(1) Menjelaskan peranan filsafat ilmu dalam memahami struktur keilmuan
(2) Menjalaskan tiga landasan penelaahan ilmu
C.
Uraian Materi
Pengantar
Alkisah, seorang awam awam bertanya kepada seorang ahli filsafat
(filsuf) yang arif bijaksana. Pertanyaannya demikian ”Coba sebutkan kepada saya
jenis manusia yang terdapat didalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya?
Filsuf itu menarik nafas dalam dan berpantun :
Ada orang yang tahu ditahunya
Ada orang yang tahu
ditidaktahunya
Ada orang yang tidak tahu
ditahunya
Ada orang yang tidak tahu
ditidaktahunya
Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan ”Bagaimana caranya
saya mendapatkan pengetahuan yang benar?, penuh hasrat dalam ketidaktahuannya.
”Mudah saja” jawab filsuf itu, ”ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah
apa yang kau tidak tahu”.
Jawaban filsuf tersebut mengingatkan kepada kita bahwa
pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu
dan filsafat dimulai dengan
kedua-duanya.
Berfilsafat
didorong untuk mengetahui apa yang
telah kita ketahui dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah
hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang
seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari
telah kita jangkau.
Hubungan Ilmu dan Filsafat
Pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah
filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Dengan demikian,
ada yang mengatakan filsafat sebagai induk atau ibu ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Objek filsafat
sangat umum, yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek
material yang khusus, hal inilah yang mengakibatkan berpisahnya ilmu dan
filsafat. Meskipun dalam perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari
filsafat, namun tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi
terputus.
Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu
menimbulkan batas-batas yang tegas antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain,
tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah.
Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatupadukan masing-masing ilmu. Tugas
filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup
yang diasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas. Oleh karena itu, filsafat
merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari mahluk
yang berpikir.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan
landasan pada penelaahan ilmiah, apabila pembahasannya tidak dikatakan dangkal
dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar
bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide
filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah.
Setiap ilmu memiliki konsep-konsep dan asumsi-asumsi yang
tidak perlu dipersoalkan lagi. Konsep dan ilmu itu diterima bagitu saja tanpa
dinilai dan dikritik. Terhadap ilmu-ilmu khusus, filsafat, khususnya fil;safat
ilmu, secara kritis menganalisis konsep-konsep dasar dan memeriksa
asumsi-asumsi dari ilmu untuk memperoleh arti dan validitasnya. Apabila
konsep-konsep dari ilmu tidak dijelaskan dan asumsi-asumsi tidak dikuatkan,
hasil-hasil yang dicapai ilmu tersebut tidak memperoleh landasan yang kuat.
Interaksi antara filsafat dan ilmu-ilmu khusus juga
menyangkut suatu tujuan yang lebih jauh dari filsafat. Filsafat berusaha untuk
mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu pandangan
hidup dan pandangan dunia yang tersatupadukan, komprehensif, dan konsisten.
Secara komprehensif artinya tidak ada sesuatu bidang yang berada di luar
jangkauan filsafat. Secara konsisten artinya uraian kefilsafatan tidak menyusun
pendapat-pendapat yang saling berkontradiktif. Misalnya, fisika mendasarkan
pada asas bahwa semua benda terikat pada kaidah mekanis (sebab-akibat). Akan
tetapi, dalam biologi dapat ditemukan bahwa organisme yang lebih tinggi tidak
hanya berproses seperti mesin-mesin, tetapi juga menunjukkan adanya kegiatan
yang mengarah pada suatu tujuan (teleologis).
Masalah proses mekanis yang berbeda dengan proses teleologis (bertujuan) ini
telah ditangani oleh para filsuf yang mencoba menyusun pandangan yang
tersatupadukan (integral) dan
komprehensif dalam menjalaskan gejala-gejala alam.
Tiga Landasan Penelaahan Ilmu
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Ilmu, meliputi apa hakikat
ilmu itu, apa hakikat kebenaran, dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan
ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafati tentang apa dan bagaimana
(yang) Ada itu (Being, Sein, Het
zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme dan spiiritualisme, paham
dualisme, dan pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik
yang pada akhirnya akan menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing
mengenai apa dan bagaimana (yang) Ada
sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
2. Epistemologi
Ilmu, meliputi sumber, sarana,
dan tata cara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah).
Perbedaan mengenai pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya
mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft), pengalaman, atau kombinasi
antara akal budi dan pengalaman
mengakibatkan, intuisi merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologi
sehingga dikenal adanya epistemologi, seperti : rasionalsime, empirisme,
kritisme atau rasionalsime kritis, positivisme, dan fenomenologi dengan
berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu
model epistemologi beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu, seperti
teori koherensi, korespodensi, pragmatisme, dan teori intersubjektif.
3. Aksiologi
Ilmu, meliputi nilai-nilai (Value) yang bersifat normatif dalam
pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam
kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial,
simbolik, ataupun fisik material. Lebih dari itu, nilai-nilai juga ditunjukkan
oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio
sine quanon yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat Ilmu juga mengarahkan
pandangannya pada Strategi Pengembangan Ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap
tidak saja kegunaan atau kemanfaatn ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi
kehidupan umat manusia.
Berbicara tentang Strategi Pengembangan Ilmu dewasa ini
terdapat adanya tiga macam pendapat. Pertama,
pendapat yang menyatakan bahwa ilmu berkembang dalam otonomi dan tertutup,
dalam arti pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan, dengan sembiyan
”science for the sake of science only”.
Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa
ilmu lebur dalam konteks, tidak hanya memberikan refleksi, bahkan juga
memberikan justifikasi. Dengan ini ilmu cenderung memasuki kawasan untuk
menjadikan dirinya sebagai ideologi. Ketiga,
pendapat yang menyatakan bahwa ilmu dan konteks saling meresapi dan saling
memberi pengaruh untuk menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak
terjebak dalam kemiskinan relevandi dan aktualitasinya, science for the sake of human progress adalah pendiriannya
Rangkuman
Filsafat adalah induk atau ibu ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Ada hubungan timbal balik antara ilmu dan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada penelaahan ilmiah, apabila pembahasannya tidak dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah. Filsafat juga memegang peranan penting dalam membedakan batas-batas ilmu khusus yang semakin sempit. Ada tiga landasan penelaahan ilmu yaitu, landasan epistemologis (hakekat ilmu itu), ontologis (bagaimana ilmu diperoleh), dan aksiologis (apa manfaat ilmu itu).
Soal
Latihan
(1)
Bagaimana
hubungan filsafat dan ilmu ? Coba beri penjelasan.
(2)
Jelaskan
peranan filsafat ilmu dalam memahami struktur keilmuan
(3) Jelaskan landasan penelaahan ilmu
No comments:
Post a Comment