Tuesday 25 August 2015

Ilmu Alamiah Dasar (Peranan Filsafat Ilmu dalam Menjelaskan Struktur Ilmu)

BAB II
Peranan Filsafat Ilmu dalam Menjelaskan Struktur Ilmu

A.   Kompetensi Dasar
(1)  Memahami peranan filsafat dalam menjelaskan struktur ilmu

B.   Indikator Hasil Belajar
(1)  Menjelaskan peranan filsafat ilmu dalam memahami struktur keilmuan
(2)  Menjalaskan tiga landasan penelaahan ilmu

C.   Uraian Materi
Pengantar
            Alkisah, seorang awam awam bertanya kepada seorang ahli filsafat (filsuf) yang arif bijaksana. Pertanyaannya demikian ”Coba sebutkan kepada saya jenis manusia yang terdapat didalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya? Filsuf itu menarik nafas dalam dan berpantun :
                  Ada orang yang tahu ditahunya
                  Ada orang yang tahu ditidaktahunya
                  Ada orang yang tidak tahu ditahunya
                  Ada orang yang tidak tahu ditidaktahunya
Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan ”Bagaimana caranya saya mendapatkan pengetahuan yang benar?, penuh hasrat dalam ketidaktahuannya. ”Mudah saja” jawab filsuf itu, ”ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”.
Jawaban filsuf tersebut mengingatkan kepada kita bahwa pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.

Hubungan Ilmu dan Filsafat
Pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Dengan demikian, ada yang mengatakan filsafat sebagai induk atau ibu ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Objek filsafat sangat umum, yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek material yang khusus, hal inilah yang mengakibatkan berpisahnya ilmu dan filsafat. Meskipun dalam perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, namun tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus.
Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu menimbulkan batas-batas yang tegas antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain, tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatupadukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang diasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas. Oleh karena itu, filsafat merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari mahluk yang berpikir.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dan filsafat.   Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada penelaahan ilmiah, apabila pembahasannya tidak dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah.
Setiap ilmu memiliki konsep-konsep dan asumsi-asumsi yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Konsep dan ilmu itu diterima bagitu saja tanpa dinilai dan dikritik. Terhadap ilmu-ilmu khusus, filsafat, khususnya fil;safat ilmu, secara kritis menganalisis konsep-konsep dasar dan memeriksa asumsi-asumsi dari ilmu untuk memperoleh arti dan validitasnya. Apabila konsep-konsep dari ilmu tidak dijelaskan dan asumsi-asumsi tidak dikuatkan, hasil-hasil yang dicapai ilmu tersebut tidak memperoleh landasan yang kuat.
Interaksi antara filsafat dan ilmu-ilmu khusus juga menyangkut suatu tujuan yang lebih jauh dari filsafat. Filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup dan pandangan dunia yang tersatupadukan, komprehensif, dan konsisten. Secara komprehensif artinya tidak ada sesuatu bidang yang berada di luar jangkauan filsafat. Secara konsisten artinya uraian kefilsafatan tidak menyusun pendapat-pendapat yang saling berkontradiktif. Misalnya, fisika mendasarkan pada asas bahwa semua benda terikat pada kaidah mekanis (sebab-akibat). Akan tetapi, dalam biologi dapat ditemukan bahwa organisme yang lebih tinggi tidak hanya berproses seperti mesin-mesin, tetapi juga menunjukkan adanya kegiatan yang mengarah pada suatu tujuan (teleologis). Masalah proses mekanis yang berbeda dengan proses teleologis (bertujuan) ini telah ditangani oleh para filsuf yang mencoba menyusun pandangan yang tersatupadukan (integral) dan komprehensif dalam menjalaskan gejala-gejala alam.

Tiga Landasan Penelaahan Ilmu
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1.    Ontologi Ilmu, meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran, dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafati tentang apa dan bagaimana (yang) Ada itu (Being, Sein, Het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme dan spiiritualisme, paham dualisme, dan pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik yang pada akhirnya akan menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) Ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
2.    Epistemologi Ilmu, meliputi sumber, sarana, dan tata cara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenai pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft), pengalaman, atau kombinasi antara akal budi dan pengalaman  mengakibatkan, intuisi merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologi sehingga dikenal adanya epistemologi, seperti : rasionalsime, empirisme, kritisme atau rasionalsime kritis, positivisme, dan fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologi beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu, seperti teori koherensi, korespodensi, pragmatisme, dan teori intersubjektif.
3.    Aksiologi Ilmu, meliputi nilai-nilai (Value) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, simbolik, ataupun fisik material. Lebih dari itu, nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine quanon yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat Ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan Ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatn ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan umat manusia.
Berbicara tentang Strategi Pengembangan Ilmu dewasa ini terdapat adanya tiga macam pendapat. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu berkembang dalam otonomi dan tertutup, dalam arti pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan, dengan sembiyan ”science for the sake of science only”. Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu lebur dalam konteks, tidak hanya memberikan refleksi, bahkan juga memberikan justifikasi. Dengan ini ilmu cenderung memasuki kawasan untuk menjadikan dirinya sebagai ideologi. Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu dan konteks saling meresapi dan saling memberi pengaruh untuk menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevandi dan aktualitasinya, science for the sake of human progress adalah pendiriannya

Rangkuman

Filsafat adalah induk atau ibu ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Ada hubungan timbal balik antara ilmu dan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada penelaahan ilmiah, apabila pembahasannya tidak dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah. Filsafat juga memegang peranan penting dalam membedakan batas-batas ilmu khusus yang semakin sempit. Ada tiga landasan penelaahan ilmu yaitu, landasan epistemologis (hakekat ilmu itu), ontologis (bagaimana ilmu diperoleh), dan aksiologis (apa manfaat ilmu itu). 









Soal Latihan

(1)          Bagaimana hubungan filsafat dan ilmu ? Coba beri penjelasan.
(2)          Jelaskan peranan filsafat ilmu dalam memahami struktur keilmuan

(3)  Jelaskan landasan penelaahan ilmu

No comments:

Post a Comment