Tuesday, 25 August 2015

Ilmu Alamiah Dasar (Peranan Filsafat Ilmu dalam Menjelaskan Struktur Ilmu)

BAB II
Peranan Filsafat Ilmu dalam Menjelaskan Struktur Ilmu

A.   Kompetensi Dasar
(1)  Memahami peranan filsafat dalam menjelaskan struktur ilmu

B.   Indikator Hasil Belajar
(1)  Menjelaskan peranan filsafat ilmu dalam memahami struktur keilmuan
(2)  Menjalaskan tiga landasan penelaahan ilmu

C.   Uraian Materi
Pengantar
            Alkisah, seorang awam awam bertanya kepada seorang ahli filsafat (filsuf) yang arif bijaksana. Pertanyaannya demikian ”Coba sebutkan kepada saya jenis manusia yang terdapat didalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya? Filsuf itu menarik nafas dalam dan berpantun :
                  Ada orang yang tahu ditahunya
                  Ada orang yang tahu ditidaktahunya
                  Ada orang yang tidak tahu ditahunya
                  Ada orang yang tidak tahu ditidaktahunya
Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan ”Bagaimana caranya saya mendapatkan pengetahuan yang benar?, penuh hasrat dalam ketidaktahuannya. ”Mudah saja” jawab filsuf itu, ”ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”.
Jawaban filsuf tersebut mengingatkan kepada kita bahwa pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita ketahui dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.

Hubungan Ilmu dan Filsafat
Pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Dengan demikian, ada yang mengatakan filsafat sebagai induk atau ibu ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Objek filsafat sangat umum, yaitu seluruh kenyataan, pada hal ilmu-ilmu membutuhkan objek material yang khusus, hal inilah yang mengakibatkan berpisahnya ilmu dan filsafat. Meskipun dalam perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, namun tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus.
Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu menimbulkan batas-batas yang tegas antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain, tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatupadukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang diasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas. Oleh karena itu, filsafat merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari mahluk yang berpikir.
Ada hubungan timbal balik antara ilmu dan filsafat.   Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada penelaahan ilmiah, apabila pembahasannya tidak dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah.
Setiap ilmu memiliki konsep-konsep dan asumsi-asumsi yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Konsep dan ilmu itu diterima bagitu saja tanpa dinilai dan dikritik. Terhadap ilmu-ilmu khusus, filsafat, khususnya fil;safat ilmu, secara kritis menganalisis konsep-konsep dasar dan memeriksa asumsi-asumsi dari ilmu untuk memperoleh arti dan validitasnya. Apabila konsep-konsep dari ilmu tidak dijelaskan dan asumsi-asumsi tidak dikuatkan, hasil-hasil yang dicapai ilmu tersebut tidak memperoleh landasan yang kuat.
Interaksi antara filsafat dan ilmu-ilmu khusus juga menyangkut suatu tujuan yang lebih jauh dari filsafat. Filsafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup dan pandangan dunia yang tersatupadukan, komprehensif, dan konsisten. Secara komprehensif artinya tidak ada sesuatu bidang yang berada di luar jangkauan filsafat. Secara konsisten artinya uraian kefilsafatan tidak menyusun pendapat-pendapat yang saling berkontradiktif. Misalnya, fisika mendasarkan pada asas bahwa semua benda terikat pada kaidah mekanis (sebab-akibat). Akan tetapi, dalam biologi dapat ditemukan bahwa organisme yang lebih tinggi tidak hanya berproses seperti mesin-mesin, tetapi juga menunjukkan adanya kegiatan yang mengarah pada suatu tujuan (teleologis). Masalah proses mekanis yang berbeda dengan proses teleologis (bertujuan) ini telah ditangani oleh para filsuf yang mencoba menyusun pandangan yang tersatupadukan (integral) dan komprehensif dalam menjalaskan gejala-gejala alam.

Tiga Landasan Penelaahan Ilmu
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1.    Ontologi Ilmu, meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran, dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafati tentang apa dan bagaimana (yang) Ada itu (Being, Sein, Het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme dan spiiritualisme, paham dualisme, dan pluralisme dengan berbagai nuansanya merupakan paham ontologik yang pada akhirnya akan menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) Ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
2.    Epistemologi Ilmu, meliputi sumber, sarana, dan tata cara menggunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenai pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft), pengalaman, atau kombinasi antara akal budi dan pengalaman  mengakibatkan, intuisi merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologi sehingga dikenal adanya epistemologi, seperti : rasionalsime, empirisme, kritisme atau rasionalsime kritis, positivisme, dan fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologi beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu, seperti teori koherensi, korespodensi, pragmatisme, dan teori intersubjektif.
3.    Aksiologi Ilmu, meliputi nilai-nilai (Value) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, simbolik, ataupun fisik material. Lebih dari itu, nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine quanon yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat Ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan Ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatn ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan umat manusia.
Berbicara tentang Strategi Pengembangan Ilmu dewasa ini terdapat adanya tiga macam pendapat. Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu berkembang dalam otonomi dan tertutup, dalam arti pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan, dengan sembiyan ”science for the sake of science only”. Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu lebur dalam konteks, tidak hanya memberikan refleksi, bahkan juga memberikan justifikasi. Dengan ini ilmu cenderung memasuki kawasan untuk menjadikan dirinya sebagai ideologi. Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu dan konteks saling meresapi dan saling memberi pengaruh untuk menjaga agar dirinya beserta temuan-temuannya tidak terjebak dalam kemiskinan relevandi dan aktualitasinya, science for the sake of human progress adalah pendiriannya

Rangkuman

Filsafat adalah induk atau ibu ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Ada hubungan timbal balik antara ilmu dan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada penelaahan ilmiah, apabila pembahasannya tidak dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah. Filsafat juga memegang peranan penting dalam membedakan batas-batas ilmu khusus yang semakin sempit. Ada tiga landasan penelaahan ilmu yaitu, landasan epistemologis (hakekat ilmu itu), ontologis (bagaimana ilmu diperoleh), dan aksiologis (apa manfaat ilmu itu). 









Soal Latihan

(1)          Bagaimana hubungan filsafat dan ilmu ? Coba beri penjelasan.
(2)          Jelaskan peranan filsafat ilmu dalam memahami struktur keilmuan

(3)  Jelaskan landasan penelaahan ilmu

Ilmu Alamiah Dasar (PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA)

BAB I
PERKEMBANGAN ALAM PIKIRAN MANUSIA

A.   Kompetensi Dasar
(1)   Memahami perkembangan alam pikiran manusia sejak adanya mitos sampai zaman kontemporer.

B.   Indikator Hasil Belajar
(1)   Mengidentifikasi ciri-ciri unik manusia bila dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya
(2)                           Mengemukakan  alasan timbulnya mitos
(3)   Memaparkan sejarah perkembangan ilmu dari zaman pra Yunani Kuno sampai zaman kontenporer

C.   Uraian Materi

       Pengantar
Tuhan telah menciptakan dua macam mahluk, yaitu satu benda mati yang sifatnya anorganis dan yang lain mahluk yang bersifat organis. Untuk membedakannya, sering yang pertama disebut benda mati dan yang kedua sebagai mahluk hidup.
Benda yang ada di muka bumi ini tunduk pada hukum alam (deterministik), sedangkan mahluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologios). Masing-masing memiliki tingkatan dalam perwujudannya. Benda dapat berupa padat, cair, dan gas. Mahluk hidup dibedakan atas tumbuhan, binatang, dan manusia. Manusia memiliki ciri khas dibandingkan dengan mahluk lainnya di muka bumi ini, di mana manusia merupakan mahluk tertinggi, lebih sempurna dibandingkan mahluk lainnya.
     
      Ciri Unik Manusia
            Manusia sebagai bagian mahluk hidup memiliki ciri-ciri unik sebagai berikut.
1.    Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus, terutama otaknya sehingga     manusia merupakan mahluk yang cerdas dan bijaksana (homo sapiens). Dengan kelebihan kemampuannya dalam berpikir, manusia melakukan sesuatu dalam wujud budaya  manusia yang kemudian diikuti budaya lain berupa tindakan/perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
2.    Mengadakan metabolisme atau pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk  dan ada yang keluar.
3.    Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar.
4.    Memiliki potensi untuk berkembang biak.
5.    Tumbuh dan bergerak.
6.    Berinteraksi dengan lingkungannya, artinya :
a.   Manusia dapat membuat alat-alat dan menggunakannya sehingga  disebut sebagai manusia kerja (homo faber). Contoh: diciptakannya mikroskop  untuk melihat benda kecil, teropong untuk melihat benda jauh, Radio, TV,   telepon  untuk media komunikasi.
b.   Manusia dapat berbicara (homo longuen) sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada   manusia lainnya.
c.   Manusia dapat bermasyarakat (homo socius), tidak bergerombol seperti binatang yang hanya mengenal hukum rimba, “siapa yang kuat dialah  yang berkuasa”
d.   Manusia dapat mengadakan usaha dengan menggunakan dasar ekonomi   (homo aeconomicus).
7.      Bila tiba saatnya, manusia pasti akan mati. Oleh karena itu, manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki kemampuan/kekuatan lebih hebat dari mansuia sehingga menjadikannya manusia memiliki keyakinan/kepercayaan atau beragama (homo religieus)
Kelebihan manusia adalah rohaninya, yakni akal budi  dan kemauannya yang sangat kuat sehingga ia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya, manusia dapat membuat pesawat ulang alik untuk pergi ke planet lain, dapat membuat nuklir untuk sumber energi yang sangat kuat dan sebagainya. Akal budi dan kemauan yang sangat kuat inilah yang merupakan sifat unik manusia.

Mitos dan Rasa Ingin Tahu Manusia
Manusia selalu merasa ingin tahu, maka ia akan selalu mencari jawaban rasa ingin tahunya terutama terhadap fenomena (gejala) alam. Perkembangan lebih lanjut dari rasa  ingin tahu manusiaadalah untuk memenuhi kebutuhan non-fisik atau kebutuhan alam pikirannya. Untuk memuaskan alam pikirannya, manusia mereka-reka sendiri jawabannya.
Berdasarkan sejarah perkembangan manusia, menurut August Comte membagi menjadi tiga tahap, yaitu : (1) tahap teologi atau tahap metafisika, (2) tahap filsafat, dan (3) tahap positif atau tahap ilmu.
Mitos termasuk dalam tahap teologi atau tahap metafisika.  Mitologi berarti pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Manusia menyusun mitos untuk mengenal realita atau kenyataan, yakni pengetahuan yang tidak obyektif melainkan subyektif. Mitos diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia untuk menjawab keterbatasan manusia tentang alam. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, intuisi atau imajinasi. Menurut van Peursen  mitos adalah suatu cerita yang memberikan pedoman atau arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita itu dapat ditularkan, dapat pula diungkapkan melalui tari-tarian, pementasan wayang, sendratari, drama dan sebagainya.
Secara garis besarnya, mitos dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
a.      Mitos sebenarnya
Manusia berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan imajinasinya menerangkan gejala alam yang ada, meskipun belum tepat. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahaunnya sehingga untuk hal tersebut orang mengaitkan dengan tokoh tertentu atau dewa-dewa.
Contoh :
Pelangi dianggap sebagai selendang bidadari atau naga yang sedang meminum air. Jadi muncul pengetahuan baru yaitu bidadari dan naga.
Gempa bumi diduga terjadi karena naga yang sedang memegang bumi bergeser dari tempatnya sehingga bumi bergetar.
Gerhana bulan dianggap sebagai kejadian bulan dimakan raksasa  kala rahu (raksasa hanya memiliki kepala saja) sehingga orang-orang memukul kentongan agar bulan tidak habis dimakan.
Bunyi guntur dianggap sebagai kereta para dewa yang sedang melintas di angkasa.

b.     Cerita Rakyat
Mitos yang berupa cerita rakyat adalah cerita yang mengisahkan peristiwa penting berkenaan dengan kehidupan manusia yang disampaikan dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Contoh : Jaya Prana dari daerah Buleleng (Bali), Lutung Kasarung dari daerah Pasundan, Timun Emas dari daerah Jawa Tengah.

c.      Legenda
Legenda adalah cerita rakyat yang seorang tokohnya dikaitkan dengan nama suatu daerah. Apakah tokoh tersebut pernah ada atau tidak, namun tokoh tersebut dihubungkan dengan apa yang terdapat di suatu lingkungan, sebagai bukti kebenaran suatu legenda.
Contoh : Sangkuriang dikaitkan dengan Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.

Pada jaman dahulu mitos sangat berpengaruh, bahkan sampai saat inipun kepercayaan terhadap mitos masih belum sepenuhnya hilang. Pencarian jawaban atas masalah seperti itu belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Beberapa hal sebagai penyebab timbulnya mitos antara lain :
1.    Keterbatasan pengetahuan manusia
Karena keterbatasan pengetahuan manusia maka mereka mencoba mereka-reka dengan khayalan dan imajinasinya  untuk memperoleh jawaban atas permasalahan tersebut. Pengetahuan yang diperoleh dan belum tentu kebenarannya kemudian diceritakan kembali kepada orang lain atau generasi berikutnya.
2.    Keterbatasan penalaran manusia
Manusia pada awalnya memang mampu berpikir, namun pemikirannya belum terlatih. Pemikiran dapat benar dan dapat pula salah. Dengan perkembangan pemikiran manusia lama kelamaan pemikiran yang salah akan ditinggalkan orang, sedangkan yang benar akan terus bertahan sampai ada kebenaran baru yang muncul.
3.    Keingintahuan manusia yang telah dipenuhi untuk sementara
Kebenaran memang harus dapat diterima oleh akal, tetapi sebagian lagi dapat diterima secara intuisi, yakni penerimaan atas dasar kata hati tentang sesuatu yang benar. Kata hati yang irasional dalam kehidupan mayrakat awam sudah dapat diterima sebagai suatu kebenaran atau pseudo science.

4.    Keterbatasan alat indera manusia
Keterbatasan indra manusia  membuat manusia mencari jalan pintas untuk memperoleh jawaban.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadai pada zaman Babylonia yakni ±700-600 SM. Orang-orang Babylonia berpendapat bahwa alam semesta itu sebagai ruangan setengah bola dengan Bumi datar sebagai lantainya, sedangkan langit-langit dengan bintang merupakan atapnya. Namun, yang menakjubkan adalah mereka telah mengenal ekliptika yaitu suatu bidang edar matahari dan telah menetapkan perhitungan satu tahun yaitu satu kali matahari beredar sampai ke tempat semula yakni selama 365,25 hari. Horoskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan perbintangan seperti Virgo, Sagitaurus, Scorpio, Pisces, Leo dan sebagainya, yang sampai saat ini masih dipercaya banyak orang juga berasal dari Babylonia.
Pengetahuan orang-orang Babylonia ini setengahnya berasal dari hasil pengamatan atau pengalaman, namun setenaghnya berupa dugaan, imajinasi, kepercayaan atau mitos. Pengetahuan demikian dapat dianggap sebagai pseudo science yang artinya mirip sains tetapi bukan sains.

Sejarah Perkembangan Ilmu dari Zaman Pra-sejarah sampai Zaman Kontemporer
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak terjadi secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap atau evolutif. Oleh karena itu, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau kita harus membagi atau mengklasifikasikan  secara periodik. Setiap periode memiliki ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

a.  Zaman Pra-Yunani Kuno (Abad XV – VII SM)
Zaman pra-Yunani Kuno dalam sejarah peradaban manusia, yaitu zaman ketika manusia belum mengenal peralatan seperti yang kita pakai sekarang. Pada zaman ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Adapun sisa peradaban manusia yang ditemukan pada zaman ini antara lain seperti : peralatan dari batu, tulang belulang hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar di gua-gua, tempat-tempat penguburan dan tulang belulang manusia purba.
Pada zaman ini ditemukan alat-alat yang bentuknya mirip satu sama lain, misalnya kapak sebagai alat pemotong dan pembelah, alat dari tulang yang menyerupai jarum untuk menjahit, dll. Benda-benda tersebut terus mengalami perbaikan dan kemajuan akibat proses trial and error dan uji coba yang dilakukan manusia yang memakan waktu lama. Melalui proses ini juga manusia menemukan bahan atau materi yang dianggap baik atau kuat untuk membuat peralatan-peralatan tertentu. Antara abad XV sampai VI SM manusia telah menemukan besi, tembaga dan perak untuk membuat peralatan-peralatan.
Evolusi ilmu pengetahuan dapat dilihat melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babylonia, Mesir, Cina, Timur Tengah (peradaban Islam), dan Eropa, dimana perkembangan terhadap teknik yang diterapkan di Eropa, Cina pada abad XV SM telah mengembangkan teknik peralatan perunggu, peralatan besi sebagai perangkat perang dikenal pada abad V SM. India memberikan sumbangan yang besar dalam perkembangan matematika dengan penemuan sistem bilangan desimal, pemikiran Budhisme yang diadopsi oleh Raja Asoka telah menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik tolak perkembangan sistem bilangan pada zaman modern.
Salah satu ciri pada zaman ini adalah warisan pengetahuan berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Data-data tertulis yang ada pada masa ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.    Suatu peristiwa yang dilukiskan dalam bentuk gambar-gambar.
2.    Gambar-gambar itu kemudian disederhanakan dan diberi bentuk tertentu yang disebut pictographic writing.
3.    Peningkatan ke tingkat yang lebih abstrak melalui suku-suku kata yang diberi tanda-tanda tertentu.
4.    Tingkat yang paling tinggi adalah abjad.
Pada masa ini kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one to one corespodency atau map process, hal ini menyerupai anak-anak yang belajar berhitung dengan jari-jarinya. Selain itu manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam sebagai suatu proses alam sehingga lama-kelamaan mereka memperhatikan dan menemukan hal-hal berikut : 
1.    Gugus bintang di langit sebagai suatu kesatuan sekarang dikenal dengan nama zodiak.
2.    Kedudukan matahari dan bulan pada waktu terbit dan tenggelam bergerak dalam rangka zodiak tersebut.
3.    dikenal bintang-bintang yang bergerak diantara gugusan tadi, ditemukan planet-planet.
4.    Waktu bulan kembali pada bentuknya yang sama antara 28-29 hari
5.    Timbul dan tenggelam matahari di cakrawala yang berpindah-pindah dan diperlukan ± 365 hari sebelum kembali kedudukan semula
6.    Ketika matahari timbul dan tenggelan sebanyak 365 kali, bulan mengalami perubahan sebanyak 12 kali
7.    Ditemukan beberapa gejala alam, seperti gerhana

Zaman pra-Yunani Kuno ini ditandai oleh lima kemampuan sebagai berikut :
  1. Know how dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan pada pengalaman
  2. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind
  3. Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi
  4. Kemampuan menulis, berhitung, dan menyusun kalender yang didasarkan atas sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan
  5. Kemampuan meramalkan suatu peristiwa berdasarkan peristiwa-peristiwa sebelumnya

b.  Zaman Yunani Kuno (Abad VII-II SM)
Pada zaman ini dipandang sebagai zaman keemasan filsafat karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Pada masa ini, Yunani dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat karena tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. bangsa Yunani yang tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima begitu saja, tetapi menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis sehingga sikap kritis ini menjadikan bangsa Yunani sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Adapun beberapa tokoh yang terkenal pada masa ini antara lain :
1.    Thales
Menurut Thales, asal alam semesta itu adalah air karena tidak ada kehidupan tanpa air. Munculnya persoalan tentang asal alam semesta ini didorong oleh tiga alasan yaitu :
a. Persoalan tersebut merupakan suatu pertanyaan yang terus menerus dipersoalkan dan dipandang sebagai persoalan abadi.
b. Pertanyaan yang diajukan Thales tersebut menimbulkan suatu konsep baru, yaitu suatu hal tidak begitu saja ada, tetapi terjadi dari sesuatu.
c. Pertanyaan demikian hanya dapat muncul dalam pemikiran kalangan tertentu, bukan hanya dari masyarakat awam tetapi masyarakat intelektual yang berpikir lebih maju.
2.      Pythagoras
Pythagoras dikenal sebagai filsuf dan juga ahli ilmu ukur ia juga lebih dikenal dengan penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatik. Adapun penemuannya itu antara lain :
a.    Hukum atau dalil pythagoras yaitu a2 + b2 = c2 yang berlaku bagi setiap segitiga siku-siku.
b.    Semacam teori tentang bilangan, antara lain pembagian antara bilangan genap dan bilangan ganjil.
c.    Pembentukan benda berdasarkan segitiga-segitiga, segiempat-segiempat, segilima-segilima dan sebagainya.
d.    Hubungan antara nada dengan panjang dawai.
3.      Herakleitos
Herakleitos berpendapat bahwa api merupakan asas pertama yang merupakan dasar segala sesuatu yang ada karena menurutnya api adalah lambang perubahan, dengan adanya api kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu. Herakleitos berpendapat bahwa dalam dunia alamiah tidak ada sesuatu pun yang tetap, tidak ada sesuatu apapun yang dianggap definit atau sempurna.
4.      Parmenides
Parmenides adalah filsuf pertama yang mempratekkan cabang filsafat yang disebut “metafisika”. Pendapat parmenides yang terkenal adalah yang ada, ada dan yang tidak ada, tidak ada.
5.      Socrates (470-399 SM)
Sumber utama untuk menentukan pemikirannya yang dikenal melalui dialog-dialog adalah muridnya yang bernama plato. Dalam sejarah umat manusia, Sokrates merupakan contoh istimewa selaku filsuf ynag jujur serta berani. Keaktifannya dapat dibandingkan dengan pekerjaan bidan. Dia tidak menolong orang bersalin, melainkan membidani jiwa-jiwa. Metode ini dikenal dengan Maicutike Telehne (Ilmu Kebidanan) yaitu suatu metode dialektiva untuk melahirkan kebenaran.
6.      Democritus (460 – 370 SM)
Democritus dikenal sebagai Bapak Atom pertama yang memperkenalkan konsep atom bahwa alam semesta ini sesungguhnya terdiri atas atom-atom. Atom adalah materi terkecil, yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Pemikiran Democritus tentang atom mengandung sifat-sifat seperti berikut ini :
§  Konsep materialistik – monistik
Artinya, atom merupakan sekadar materi yang tidak didampingi apapun karena sekelilinggnya hampa
§  Konsep dinamika perkembangan
Artinya, segala sesuatu selalu berada dalam keadaan bergerak sehingga berlaku prinsip dinamika
§  Konsep yang bersifat murni alamiah
Artinya, pergerakan atom itu bersifat intrinsik, primer, tanpa sebab, dan tidak dipengaruhi oleh sesuatu di luar dirinya.
§  Bersifat kebetulan
Artinya pergerakan itu terjadi tanpa tujuan sehingga benturan-benturan yang terjadi tidak beraturan, dan tidak mengandung tujuan-tujuan tertentu.
7.      Plato (427 – 347 SM)
Plato adalah filsuf yang pertama kali membangkitkan persoalan Being (hal ada) dan mempertentangkannya dengan becoming (hal menjadi). Plato menemukan bahwa becoming yakni dunia berubah, tidak memuaskan atau tidak memadai sebagai objek pengetahuan karena bagi plato setiap bentuk pengetahuan bersesuaian dengan suatu jenis objek. Sedangkan being bagi plato dibentuk oleh dunia yang merupakan pola-pola dari segala sesuatu yang dapat diinderawi, sedangkan ide-ide itu secara kodrati bersifat kekal dan abadi. Alasan Plato membedakan Being dan becoming adalah sebagai cara untuk mencari dasar kebenaran pengetahuan. Tujuan utama filsafat menurut Plato adalah penyelidikan pada entitas, seperti apa yang dimaksudkan dengan keadilan, kecantikan, cinta, hasrat, kesamaan, dan kesatuan (White, 1987;14). Plato yang mengangkat problem the one and the many melihat bahwa kedua hal ini, kesatuan dan keanekaragaman, terpisah menjadi dua dunia yaitu dunia ide dan dunia bayangan. Plato juga memperhatikan ilmu pasti sebagai peninggalan pythagoras sebab ada hubungan yang erat antara kepastian matematis dengan kesempurnaan ide.
8.      Aristoteles (384 – 322 SM)
Aristoteles adalah murid Plato yang meneruskan dan sekaligus menolak pandangan Plato. Ajaran Aristoteles dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang yaitu :
1.    Metafisika
Aristoteles membahas metafisika, istilah metafisika itu sendiri baru diperkenalkan oleh Andronikus ketika mengelompokkan ajaran-ajaran Aristoteles, sebagai filsafat pertama dan menganggapnya sebagai prinsip pertama yang mendasari tugas ilmiah. Konsep self-evidence merupakan penjelasan atas materi tertentu yang tidak dicari pada sesuatu yang lain, tetapi dapat ditemukan hanya di dalam pemikiran itu sendiri.
Lingkup metafisika dibedakan dari bidang ilmu pengetahuan lain. Metafisika adalah studi tentang “ada sebagai ada” (being as being). Kita mempelajari karakteristik, yakni ada yang mencakup segala sesuatu hal yang memiliki karakteristik tertentu. Jadi metafisika lebih komprehensif dan lebih fundamental daripada ilmu pengetahuan. Metafisika juga mempelajari prinsip-prinsip umum yang mendahului ilmu pengetahuan (White 1987 : 32).
 2.   Logika
Logika Aristoteles disusun dalam sebuah buku untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan secara valid didasarkan pada susunan pikir (Syllogisme). Silogisme merupakan suatu bentuk jalan pemikiran yang bersifat deduktif yang kebenarannya pasti. Pada dasarnya silogisme terdiri atas tiga pernyataan, yaitu :
            Premis mayor sebagai pernyataan pertama yang mengemukakan hal umum yang telah diakui kebenarannya
       i.       Premis minor sebagai pernyataan kedua yang bersifat khusus dan lebih kecil lingkupnya daripada premis mayor
      ii.       Kesimpulan atau konklusi yang ditarik berdasarkan kedua premis tersebut.
Contoh :
Semua mahluk hidup pasti mati
Manusia termasuk mahluk hidup
Manusia juga pasti akan mati
 3.  Biologi
Pada bidang ini, Aristoteles mementingkan aspek pengamatan sebagai suatu sarana untuk membuktikan kebenaran sesuatu hal terutama dalam ilmu-ilmu empirik. Misalnya : dalam embriologi, ia melakukan pengamatan (observasi) perkembangan telur ayam sampai terbentuknya kepala ayam.

d.   Pertengahan (Abad II-XIV M)
Zaman pertengahan (Midle Age) ditandai dengan tampilnya para theolog di bidang ilmu pengetahuan. Para ilmuannya hampir semua adalah para theolog sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad VII Masehi, dan pada abad VIII masehi telah mendirikan sekolah kedokteran dan astronomi. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam telah mendirikan penerjemahan berbagai karya Yunani. Bahkan Khalifah Al-Makmur telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) pada abad IX Masehi. Al-Khawarizmi menyusun buku aljabar tahun 825 M, ia juga menulis buku tentang perhitungan biasa (Arithmetics) yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk menggantikan tulisan Romawi. Omar Khayam (1043 – 1132) menemukan pemecahan persamaan pangkat tiga berdasarkan planemetri dan potongan-potongan kerucut.
Sekitar tahun 600-700 M kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam. Di bidang kedokteran muncul nama-nama terkenal, seperti Al-Razi (850-923) dan Ibnu Sina (980-1077) yang menulis buku-buku kedokteran (Al-qanum). Rhazas mengarang Encyclopedia ilmu kedokteran yang berjudul contenens. Abu’l Qasim menulis ensiklopedia kedokteraan yang menelaah ilmu bedah, serta peralatan yang dipakai pada masa itu. Ibnu Rushd menerjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Al Idris telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang:
1.    Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini.
2.    Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
3.    Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar ajabar.
Perhubungan antara Timur dan Barat selama Perang Salib sangat penting untuk perkembangan kebudayaan Eropa karena pada waktu ekspansi bangsa Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi daripada kebudayaan Eropa. Sekitar abad XIV pada zaman Dinasti Yuan (1260-1368) pengaruh Islam di Cina ditandai oleh Jamal Al-Din yang mendirikan observatorium. Ikhtiyar Al-Din yang merancang pembangunan istana raja di laut utara Beijing.

e.  Zaman Renaissance (Abad XIV – XVII M)
Berakhirnya abad pertengahan diikuti dengan munculnya Zaman Renaissance pada abad 14-17 M kata Renaissance berarti kelahiran kembali. Zaman Renaissance merupakan zaman peralihan ketika kebudayaan dari abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Pada zaman Renaissance manusia pada masa ini pemikirannya mulai bebas dan berkembang. Pada zaman ini manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri. Pada Zaman Renaissance ilmu pengetahuan sudah berkembang. Berkembangnya ilmu pengetahuan modern dari tokoh-tokoh berikut
1.    Roger Bacon (1214-1294)
Roger Bacon berpendapat bahwa pengalaman merupakan landasan utama diawal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan, beliau juga menganjurkan pengalaman sebagai basis ilmu pengetahuan
2.    Copernicus (1473 – 1543)
Penemuan Copernicus dikenal sebagai prinsip heliosentris. Copernicus berpendapat bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari sehingga matahari menjadi pusat (heliosentris).
3.    Tycho Brahe (1546-1601)
Tycho Brahe pada masa ini menemukan benda-benda angkasa. Ia membuktikan bahwa benda-benda angkasa tersebut terapung bebas dalam ruang angkasa.
4.    Johannes Keppler (1571-1630)
Johannes Keppler seorang ahli matematika ia merupakan asisten Tycho Brahe. Johannes Keppler melanjutkan penelitian Brahe yaitu tentang gerak benda-benda angkasa.


5.    Galileo Galilei (1546-1642)
Galileo pada masa ini menciptakan sebuah teropong bintang yang terbesar. Teropong ini dapat mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung.

f.  Zaman Modern (Abad XVII-XIX M)
Zaman modern sudah mulai ada pada abad 14 yaitu pada masa zaman Renaissance zaman modern ini muncul dengan adanya penemuan-penemuan ilmu pengetahuan ini berarti ilmu pengetahuan berkembang dengan baik pada masa ini. Adapun tokoh-tokoh pada zaman modern ini adalah sebagai berikut.
1.    Rene Descrates (1596-1650)
Rene Descrates merupakan bapak filsafat modern dan ia juga seorang ahli ilmu pasti penemuannya dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri dari garis lurus X yang letaknya horizontal disebut axis atau sumbu X dan garis lurus Y yang letaknnya tegak lurus pada sumbu X disebut ordinat atau sumbu Y.
2.    Isaac Newton (1643-1727)
Penemuan Isaac Newton adalah dalam tiga bidang yaitu
a.    Teori Gravitasi
Teori gravitasi menerangkan bahwa planet-planet tidak bergerak lurus, tetapi mengikuti lintasan elips karena adanya gravitasi.
b.    Perhitungan kalkulus adalah hubungan antara X dan Y jika X bertambah maka Y juga bertambah.
c.    Optika atau mengenai cahaya jika cahaya matahari dilewatkan sebuah prisma sehingga asli yang terlihat homogen menjadi terbias antara merah sampai ungu menjadi pelangi.
3.    Charles Darwin
Charles Darwin berpendapat bahwa mahluk hidup yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama dan sebaliknya pendapatnya ini dikenal dengan teori evolusi.
4.    J.J. Thompson (1897)
J.J. Thompson menemukan elektron sehingga dengan penemuan ini runtuhlah pendapat yang menganggap bahwa atom adalah materi yang terkecil. Penemuan ini juga membuka jalan bagi pengembangan Fisika Nuklir. Hal ini dapat mengubah bermacam-macam atom di laboratorium juga ditemukan bagian dari atom, seperti elektron, praton, neutron, meson, dll.

g.   Zaman Kontemporer (abad XX- sekarang)
Pada zaman ini, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi diantara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf. Menurut Trout (1993), fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fisika dengan filsafat secara historis menurutnya terlihat dalam dua cara yaitu :
§  Diskusi filosofis mengenai metode-metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika, misalnya tentang materi, kuasa, serta konsep ruang dan waktu.
§  Ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, serta ruang dan waktu.
Pada abad XX fisikawan termasyur adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu tak berhingga besarnya dan tak terbatas. Akan tetapi, juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Pada tahun 1929 seorang fisikawan lain Hubble yang menggunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita. Galaksi-galaksi tersebut tampak menjauhi bumi. Berdasarkan perhitungan mengenai perbandingan jarak dan kelakuan gerak masing-masing galaksi yang teramati para fisika kontemporer (Gamow, Alpher, Herman) menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu dengan galaksi kita, Bima Sakti.
Selain teori mengenai fisika, teori alam semesta dan lain-lain, maka zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih seperti mulai penemuan komputer, berbagai satelit, internet dan lain sebagainya. Disamping itu juga mengalami kemajuan yang pesat sehingga terjadi spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam.

 Rangkuman

Manusia memiliki ciri-ciri unik yang membedakannya dengan mahluk lainnya di muka bumi ini. Kelebihan manusia adalah rohaninya, yakni akal budi  dan kemauannya yang sangat kuat sehingga ia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mitos merupakan tahap awal perkembangan alam pikiran manusia. Mitos diciptakan untuk memuaskan rasa ingin tahu manusia untuk menjawab keterbatasan manusia tentang alam. Dalam alam pikiran mitos, rasio atau penalaran belum terbentuk, yang bekerja hanya daya khayal, intuisi atau imajinasi.Sejarah perkembangan ilmu dibagi menjadi lima zaman yaitu: Zaman Pra-Yunani Kuno, yaitu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan; Zaman Yunani Kuno merupakan zaman keemasan filsafat karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan pendapat. Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Thales, Phytogoras, Sokrates, Leucippus, Plato, dan Aristoteles; Zaman Pertengahan merupakan zaman tampilnya para theolog di bidang ilmu pengetahuan; Zaman Renaissance merupakan zaman peralihan ketika kebudayaan dari abad pertengahan mulai berubah menjadi kebudayaan modern. Beberapa tokoh yang terkenal pada zaman ini yaitu Roger Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, Yohannes Keppler, Galileo Galilei; Zaman Modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah beberapa tokoh yang terkenal pada zaman ini yaitu Rene Descartes, Isaac Newton, Charles Darwin, J.J. Thompson,  dan Zaman Kontenporer menempatkan  bidang fisika menduduki tempat yang paling tinggi di antara ilmu-ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf. Tokoh yang paling populer  pada masa ini adalah Albert Einstein.


Soal Latihan
(1)   Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri unik manusia bila dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya.
(2)                           Coba berikan alasan timbulnya mitos.
(3)   Ceritakan secara singkat sejarah perkembangan ilmu dari zaman pra Yunani Kuno sampai jaman kontenporer beserta tokoh-tokoh penting pada zamannya.